[c] Sachikawa
Pagi ini matahari bersinar terang, tapi kenapa aku tak seperti biasanya. menikmati indahnya pagi dengan sarapan roti panggang sambil menghirup udara segar di beranda. Perasaanku sedang tidak baik hari ini ditambah dengan flu yang menyerangku. Aku hanya ingin tidur... beristirahat. "Ting tong... ting tong" bunyi bel yang membangunkanku. Padahal aku berusaha untuk tidur dengan tenang tapi ada saja yang mengangguku. Aku merangkak dengan malas. dan menggerutu. Siapa sih yang datang pagi - pagi begini. Aku menghela napas dan menenangkan diri. "Ting tong" bel berbunyi sekali lagi. Aku mempercepat langkah kakiku. "Hei, Mirei cepat sedikit, aku tahu kau di dalam. Jangan menghindariku." Suara itu, suara orang yang kukenal. Aku terdiam. Lalu berfikir, mau apa dia ke sini. Tidak cukupkah apa yang dia lakukan semalam? "Mirei" panggilnya lagi dengan agak berteriak. Aku harus membukakan pintu, kalau tidak dia tidak akan pergi dan mengamuk di depan apartemenku.
"Krek..." bunyi pintu terbuka. "Kenapa kamu lama sekali, aku hampir mati kepanasan di luar." dia masuk sambil mengomel. "Ada apa kau ke sini?" tanyaku mengabaikan omelannya. Kami berjalan ke sofa dan duduk diam. Aku baru akan membuka mulutku untuk mengulangi pertanyaanku tapi tiba - tiba dia mulai berbicara. "Maaf." Hah, ini... ini nyata kan... Dia, dia... Kazu yang ku kenal selama 20 tahun ini tidak pernah sekali pun meminta maaf padaku. Padahal kami berteman sejak kecil tapi hanya padaku dia bersikap jahat. Dia bersikap ramah pada gadis - gadis disekelilingnya dan dia juga dianggap dan diperlakukan pangeran oleh mereka. Mungkin flu-ku mencapai 40 derajat jadi aku berhalusinasi. Ya, mungkin juga. Aku berusaha meyakinkan diriku sendiri, tapi tiba - tiba... "Hari ini aku ingin minta maaf atas apa yang aku lakukan semalam. Semalam... aku me-ning-gal-kan-mu. Meninggalkanmu yang dipermalukan oleh salah satu temanku. Aku merasa bersalahtapi aku hanya membiarkanmu pergi. Aku sudah memperingati wanita itu agar tak menganggumu... lagi. Maaf. Maaf... Hanya ini yang bisa aku katakan." Kazu berbicara meminta maaf dengan pankang lebar. Kurasa, dia tulus.Karna ini pertama kalinya dia seperti ini. Suaranya bergetar. Matanya berlinang. Aku terdiam sejenak. Lalu, mulai merasa haru menjawab sekarang. Aku tak ingin melihatnya terlalu bersalah seperti ini, lebih baik dia berteriak kencang padaku atau mengomel. Yah, seperti yang dilakukannya saat datang tadi. "Hm... tidak apa - apa. Bukan masalah besar karena aku sudah terbiasa." Lalu aku terdiam. Kepalaku pusing. Berat. Tenggorokkanku sakit.
-To be Continue-